Tuesday, September 3, 2024

Rumah Dalam Bentuk Manusia

     


     Manusia itu bentuknya dinamis. Jadi kalau punya rumah dalam bentuk manusia, katanya mustahil. Karena setiap saat manusia akan berpindah-pindah. Setiap harinya bertemu dengan orang baru. Setiap harinya, menyelesaikan pertemuan dengan orang lama, karena masanya sudah selesai. Jadi, punya bentuk rumah pada manusia, akan menjadi sebuah kesalahan. 

     Semakin aku dewasa, aku merasa kalau rumah bukan hanya tentang bangunan kokoh yang ditinggali oleh beberapa orang. Bukan tentang di mana letaknya, tapi pada siapa letaknya. Karena bagian-bagian kosong di dalam rumah yang isinya berantakan dan penuh renovasi, tetap saja akan sia-sia kalau semisal penghuninya tidak memberikan rasa aman. Jadi terkadang, beberapa rumah bisa dipilih. Kita bisa memilih sebuah rumah. Rumah pada manusia. Rumah yang bikin kita punya tujuan pulang. Rumah yang bikin kita senyum. Rumah yang tidak akan membuat kita merasa kecil. Apalagi saat dunia sudah sepakat untuk menunjuk kita sebagai orang yang paling salah. 

     Sama ketika jatuh hati. Kita akan menjadikan dia sebagai rumah. Tempat kita pulang, tempat kita bercerita, tempat kita menangis karena tidak ada yang mau mengerti. Tapi terkadang, perihal jatuh hati itu menakutkan. Sebab, setiap hati memiliki tenggat kedaluwarsanya. Semua manusia pada akhirnya akan pergi. 

     Punya rumah dalam bentuk manusia itu menyenangkan. Kita akan selalu ingin pulang, menemui dia dan kembali merasa aman. Tapi, manusia itu dinamis. Menjadikan seseorang rumah artinya harus siap untuk pindah sewaktu-waktu. Karena pada dasarnya bentuk rumah pada manusia itu sifatnya sementara. Dia bisa pergi, dia bisa berubah, dan kita kembali tidak berumah. Walaupun banyak hal menakutkan tentang itu, aku masih ingin memiliki satu rumah itu. Rumah yang kita bangun bersama-sama untuk merasa aman di sini.

     Aku mau, kita bersama-sama mengusahakan rumah ini. Selalu pulang meski berlari terlalu jauh. Rumah yang isinya rasa nyaman. Rumah yang hanya kita berdua penghuni tetapnya. Ayo kita usahakan rumah itu. Walaupun dunia tidak abadi, walaupun kita tidak abadi. 

Sunday, September 1, 2024

Our Beloved Idol

 


Aku pernah begitu mencintai seseorang dari dunia maya. Tidak pernah bertemu, tidak pernah bertatap muka. Tapi anehnya, aku merasa nyaman. Dan lucunya, dia pernah menjadi alasan aku begitu bahagia. Dia adalah sosok manusia yang tampak jauh untuk diraih, tapi terasa terlalu dekat untuk kita sayangi. Semakin aku mencoba mengenal lebih dalam, lebih lama, perasaan kagum itu kian hari kian membengkak. Dia berhasil menciptakan perasaan-perasaan baru yang sebelumnya belum pernah aku miliki dari orang lain. 

Perasaan yang lengkap. Perasaan yang tadinya tidak ada, tiba-tiba ketemu semua. Dengan hanya tau kabarnya, aku bisa merasa baik-baik saja. Atau gimana hebohnya duniaku ketika dia tiba-tiba live dini hari. Meski tidak paham apa yang dibicarakan, tapi seneng aja melihat dia di waktu dan detik yang nyata.  Membuat kehadiran dan keberadaan tidak cuma ada di bayangan saja. 

Mungkin nanti di waktu yang baik, aku juga bisa melihat secara langsung. Untuk saat ini, aku bersyukur karena masih dikasih waktu untuk kenal dia. Aku ingin dia selalu baik, dan tidak capek-capek. Aku ingin dia melakukan apa yang ingin dia lakukan. Aku ingin dia tahu bahwa aku selalu di sini, seperti dia yang tidak pernah berubah. Aku ingin dia tahu bahwa dari dia aku belajar banyak. Aku juga ingin dia tahu bahwa dia bisa jadi beragam karakter dalam hidup aku. Friend, lover, crush, brother, dan banyak deh yang lainnya. 

Pokoknya aku ingin dia selalu bahagia sebagaimana dia membahagiakan aku lewat hari-hari yang dilewati bersama-sama, sejak perkenalan di hari pertama. itu saja. <3

Template by:

Free Blog Templates